Sabtu, Januari 29, 2011

Berdansa!!


Feminisme.. Apakah saya pendukung feminisme? Bisa dibilang begitu.. Dalam arti yang positif tentunya. Saya tidak cenderung mengkotak - kotakkan apa yang seharusnya dilakukan laki - laki atau apa yang seharusnya dilakukan perempuan. Semua pekerjaan atau sikap.. Bisa saja dilakukan laki - laki dan perempuan.

Hal ini tertanam begitu dalam dalam benak saya karena didikan sejak kecil. Ibu saya adalah wanita yang pantang menyerah, kuat dan bersedia melakukan apapun untuk kelangsungan hidup anak - anaknya. Mulai dari mengelola toko kecil kami, mengurus anak, urusan rumah tangga dan lain - lain. Ibu selalu punya tenaga untuk melakukan segala hal, termasuk menjadi tulang punggung keluarga ketika keluarga kami mengalami masalah keuangan. Walaupun Ibu tidak pernah mengatakan secara langsung, tetapi dengan melihat dan meneladan segala hal yang dilakukan, saya merasa menjadi wanita mandiri adalah hal yang sangat penting. "Harga" laki - laki dan perempuan adalah sama dalam keluarga kami, laki - laki harus bersedia cuci piring atau mencuci baju jika yang perempuan tidak bisa, perempuan juga harus bersedia cuci mobil dan motor jika itu kendaraannya sendiri. Kami saling melengkapi dengan kekurangan dan kelebihan kami masing - masing.

Beberapa waktu lalu saya pulang ke kampung halaman ayah saya, Medan. Karena terakhir pulang adalah ketika saya masih SD, saya merasa cukup kaget dengan budaya disana. Wanita bekerja lebih berat dari pria, sebagian besar wanita bekerja di ladang dan sampai rumah mereka harus mengurus semua anak - anak mereka, melayani suami mereka, membersihkan rumah mereka, mencuci baju, memasak dll.. dll.. Sedangkan sang suami, yang mungkin tidak sekeras sang istri bekerja di ladang, bisa langsung minum - minum kopi di kedai, main kartu, merokok dengan teman - teman mereka dan sampai rumah.. Mereka langsung makan tanpa kewajiban membantu istri mereka yang harus bekerja lagi begitu sampai di rumah..

Pria dianggap lebih berharga dari wanita karena pria membawa marga atau nama keluarga. Ketidak adilan ini terus berlanjut dan berlanjut sampai sekarang. Perempuan harus bisa masak, perempuan harus rajin bersih - bersih, perempuan harus ikut kata suaminya nanti, mempersiapkan diri sebaik - baiknya untuk suaminya. Semua syarat dibebankan kepada perempuan.. Memasak, bersih - bersih dan mempersiapkan diri memang sangat penting.. Namun meski dilihat juga latar belakang sang perempuan.. Apakah dia wanita bekerja yang sudah harus berangkat sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam? Sang suami juga harus peka untuk turut membantu istrinya di rumah jika diperlukan dan hanya bekerja atau bersenang - senang di luar dan sampai rumah tidak mengerti kelelahan sang istri yang bekerja dari pagi lalu melakukan pekerjaan kedua di rumah.

Buat saya.. Saya tidak menginginkan lebih tinggi atau memerintah suami saya nanti.. Yang saya inginkan adalah kesetaraan gender. Dia dan saya adalah satu, kami saling mendukung satu sama lain, mendiskusikan segala hal, berdebat tentang hal-hal yang kami tidak sepaham dan pada akhirnya menerima satu sama lain dengan sepenuh hati.. Mengisi kekurangan dan kelebihan satu sama lain.. Bukan suami yang lebih tinggi dari istri dan istri bukan yang lebih tinggi dari suami..

Buat saya.. suami bukanlah pendamping hidup.. dan saya bukanlah pendamping hidup suami saya nanti.. Tetapi suami saya adalah hidup saya dan saya adalah hidup untuk
suami saya..

Seperti berdansa, kami melakukan gerakan bersama, selaras dan indah..

Amin!

Tidak ada komentar: