Sabtu, Juli 12, 2014

Jiro Dreams of Sushi


Beberapa hari lalu, Nico, adek gw menceritakan soal film ini. Begitu mendengar cerita dia, gw langsung tertarik untuk juga menontonnya. Film ini diproduksi tahun 2011 dengan sutradara David Gelb.


Sebenarnya alur film ini bisa dibilang lambat, gak ada action atau drama yang berlebihan. Film ini pure documenter. Bahkan ketika pertama kali nonton, gw sempat tertidur di tengah – tengah film *sigh. Walaupun begitu, filosofi film ini dalem banget.  Jiro Dream of Sushi menceritakan tentang seorang maestro sushi Jepang yang terkenal, namanya Jiro Ono. Dia memiliki restoran sushi kecil di stasiun kereta api Ginza, Tokyo yang bernama Sukibayashi Jiro. Restorannya hanya cukup menampung kurang lebih 10 orang, dan tidak memiliki kamar mandi di dalam. Jika kita ingin ke toilet, kita harus menggunakan toilet yang berada di stasiun.



Tapi yang luar biasa adalah, sang koki alias maestro sushi ini, berusia 85 tahun dan masih bugar untuk terus bekerja. Restoran yang dia dirikan mendapatkan gelar 3 bintang sempurna dari Michelin pada tahun 2008. 3 bintang sempurna berarti, kita layak terbang ke suatu negara hanya untuk makan di restoran tersebut.


Apa yang membuat restoran ini sempurna? Banyak hal :) Seorang penulis makanan, mendeskripsikan sang Jiro dan restorannya dengan detail, namanya Yamamoto. Yamamoto adalah penggemar berat restaurant ini, dia tahu kepribadian Jiro serta sejarah restorannya.


Ketika ia pertama kali makan di restoran milik Jiro, dia merasa gelisah. Makan di depan Jiro juga selalu membuat dia merasa gelisah. Tapi ia tidak pernah sekalipun dikecewakan ketika makan disana, sushi yang Jiro buat luar biasa enak. Padahal jenis sushi yang dijual sangatlah sederhana. Hanya terdiri dari nasi yang dikepalkan dan diatasnya diberi ikan (atau seafood lainnya seperti udang, gurita, cumi dll). Kebanyakan koki terkenal yang mencoba sushi buatan Jiro selalu mengatakan “bagaimana mungkin sesuatu yang sederhana, memiliki rasa yang amat dalam”.

Jiro hanya menyediakan sushi di restorannya, tidak ada makanan lain. Dia mengatakan, rasa sushi akan rusak jika kita terlalu banyak memakan makanan lain. Dia bisa menyajikan 20 sushi ke satu orang. Berapa harga sushi di restoran Jiro? Minimal pemesanan adalah 30,000 Yen atau sekitar Rp3,4juta rupiah. Dan kita harus memesan paling tidak satu bulan sebelumnya untuk makan disana, bahkan ada yang baru bisa makan setelah memesan setahun sebelumnya.

Menurut Yamamoto, ada 5 sifat seseorang bisa dikatakan koki yang hebat. Yang pertama adalah serius bekerja dan konsisten. Jiro hampir tidak pernah libur, satu hari libur bahkan dikatakannya terlalu lama. Ia hampir selalu ada di restoran, Jiro sangat mencintai pekerjaannya, ia  mengatakan, ketika kita bekerja kita harus jatuh cinta dulu dengan pekerjaan itu dan melebur di dalamnya.

Sifat kedua adalah, walaupun seorang koki sudah ahli, dia akan selalu meningkatkan kemampuan. Hampir semua koki ternama dan pelanggan Jiro memuji kejeniusannya membuat sushi, tapi Jiro tidak pernah merasa puas. Ia mengatakan, sangat mengagumi Joel Robuchon, seorang koki handal dari Prancis, yang juga memperolah 3 bintang dari Michelin. Jiro berharap memiliki cita rasa dan tangan sesensitif Joel. Jika ia memilikinya, dia akan bisa membuat sushi yang lebih lezat dari yang ia bisa sekarang. Joel sendiri sudah pernah datang dan mencoba sushi buatan Jiro. Dan berkata bahwa sushi buatan Jiro adalah sushi terbaik yang pernah ia coba.

Sifat ketiga adalah kebersihan. Restoran Jiro sangat amat bersih. Well, ini memang gak diragukan lagi. Jepang memang Negara yang terkenal bersih. Bahkan ketika di film ini mengulas Tsukiji Fish Market, pasar tempat Jiro membeli bahan mentah sushinya, pasar itu bersiiiiiiih dan teratuuur sekali. Uhm, eventhough I love Indonesia so much, Japan is one of my favourite country. Hope someday I can go there. Bahkan waktu kuliah, gw mengambil mata kuliah Bahasa Jepang, incase someday I might use it if I go to Japan.. hehehe *finger cross. Banzaaaai!

Keempat, seorang koki handal sebagian besar memiliki sifat yang tidak sabar, berkemauan kuat dan bersikeras agar bekerja dengan cara yang ia mau. Jiro adalah seorang koki dan ayah yang keras. Anak tertuanya, Yoshikazu membantu ayahnya di restoran. Yoshikazu sudah berusia 50 tahun. Dia diharapkan untuk meneruskan usaha ayahnya, jika suatu saat ayahnya pension. Jiro menerapkan gaya hidup ‘Shokunin’ yaitu mengulangi rutinitas yang sama setiap hari so that he can mastered the thing that he repeat. Dia bahkan selalu duduk di sisi kereta yang sama setiap hari. Selain anak tertuanya, dia memperkejakan beberapa koki magang atau apprentice. Seorang koki magang akan diberikan pekerjaan yang sama setiap hari selama 10 tahun. Jika ia sudah menguasai pekerjaan tersebut, maka baru akan diberi pekerjaan yang lain lagi. Dan kebiasaan ini memang berhasil untuk restoran luar biasa Jiro ini. 


Terakhir, yang menurut Yamamoto adalah sifat yang menyatukan keempat sifat sebelumnya adalah passion . Jiro jelas memiliki passion pada sushi, dia sangat mencintai pekerjaannya. Jiro memiliki seluruh sifat ini, dia seorang perfectionist. Perfectionist selalu gelisah, namun dia selalu memberikan yang terbaik untuk usaha dan pekerjaanya.

Restoran Jiro selalu membeli bahan baku dari pedagang yang memang ahli di bidangnya. Untuk ikan tuna, dia membeli dari pedagang yang hanya menjual tuna. Membeli udang dari pedagang yang hanya menjual udang. Membeli beras dari pedagang yang sangat ahli tentang beras.

Anak kedua Jiro, Takashi juga membuka restoran sushi sendiri di Roppongi Hils, Tokyo. Takashi membuka restoran yang identik sama dengan restoran ayahnya. Tapi dibuat terbalik, karena Jiro kidal dan Takashi tidak. Jadi seluruh dekorasi yang diletakkan Jiro di sebelah kiri, akan terletak di sebelah kanan di restoran Takashi. Takashi mengatakan, saat ini tidak mungkin ia membuat sushi seenak ayahnya, karena ayahnya sudah membuat sushi jauh sebelum dia lahir. Maka ia memasang harga yang lebih murah dari restoran ayahnya. Banyak yang mengatakan, Takashi menyajikan sushi yang persis sama dengan ayahnya tetapi dengan gaya yang lebih santai.

Ada satu kalimat yang menurut gw sangat berkesan, yaitu “tidak ada keajaiban yang singkat”. Sesuatu yang luar biasa dan hebat, tidak bisa didapatkan secara instan. Walaupun bisa instan, pasti keajaiban itu tidak akan bertahan lama. Jiro berusaha mewujudkan keajaibannya ketika ia sadar, bahkan ia sering bermimpi tentang sushi dan mendapatkan ide-ide baru. Jadi, if we wish a miracle we must work on it repeatedly, not only for a day, but it might be take many years, or maybe 10 years just like what Jiro did with his way of life, Shokunin.


Picture taken from :
http://genkinahito.files.wordpress.com/2013/01/jiro-dreams-of-sushi.jpg
http://www.tenkai-japan.com/2009/02/17/sukiyabashi-jiro-ginza-sushi/

http://newbuddhist.com/article/jiro-dreams-of-sushi-and-the-art-of-perfecting-your-craft

Tidak ada komentar: