Minggu, Juli 19, 2009

Apa yang Aku Mau?


Hai.. hai.. abis selesai baca chicklit yang barusan gw beli nih.. Judulnya Remember Me? Karangan novelis chick lit yang paling gw suka, Sophie Kinsella. Novel chicklitnya selalu bagus dan lucu. Dia juga pengarang novel Confession of A Shopaholic yang dibuat film dulu. Filmnya bagus dan lucu, gw suka banget. Dia juga pengarang chicklit berjudul Undomestic Goddes, soal pengacara yang nyamar jadi pembantu rumah tangga. Novel ini gw suka banget.. lucunya poooolll.. Ceritanya juga dalam dan ga biasa. Adek gw yang cowok tulen itu aja ampe ikutan baca Undomestic Goddes.. hehe..

Kembali ke Remember Me?, buku ini bercerita soal cewek bernama Lexi Smart. Dia berumur 25 tahun, punya pekerjaan yang payah, gigi yang berantakan, ayah yang baru meninggal dan pacarnya selalu mengingkari janji. Singkat kata.. Dia punya kehidupan yang berantakan. Dia suatu malam setelah dia pergi dengan 3 orang sahabat – sahabatnya, dia kecelakaan dan BAM! Ketika dia bangun di rumah sakit, dia menemukan dirinya jadi lebih cantik, kulitnya mulus banget, kukunya dimanikur sempurna dan giginya putih dan super duper rata selain itu dia baru tahu kalo dia bangun di tahun 2007, tiga tahun lebih maju dari kehidupan normalnya. Dia juga tiba2 punya apartemen yang super mewah, karir sangat bagus (dia jadi direktur departemennya) dan yang paling diinginkan setiap wanita, dia punya suami yang tampan, baik hati dan mapan (namanya Eric). Dia kaget banget waktu pulang dari rumah sakit dengan suaminya, apartemennya bener2 mewah, dia punya asisten belanja pribadi, koki dan sekretaris. What a life! Tapi sayangnya, dia divonis amnesia dan ga bisa mengingat apapun tentang kehidupannya tiga tahun kebelakang.

Tapi lambat laun.. dia tahu kalau kehidupannya ga sesempurnya yang dia kira. Ketika dia kembali ke kantor, dia tahu kalo dia ga punya teman disana. Bawahan – bawahan membencinya dan memberi dia julukan Kobra. Saingannya berusaha mati – matian menjatuhkannya. Adik perempuannya berubah menjadi remaja yang suka buat masalah karena kurang perhatian dan panutan orang dewasa. Lalu muncul seseorang bernama Jon, arsitek yang bekerja di perusahaan suaminya. Jon mengatakan kalau dia dan Lexi itu berselingkuh karena Lexi ga mencintai Eric. Lexi mulai bingung, kenapa dia dulu bisa-bisanya berselingkuh dengan Jon, padahal Eric itu suami yang sempurna. Nah.. lama – lama dia tahu kalo Eric itu super duper perfeksionis, hanya suka pada hal yang elegan dan terlalu teratur. Lexi merasa mulai kehilangan jati diri.. Kehidupan yang sempurna ini bukanlah yang dia cari. Dia ga suka jadi atasan yang galak walaupun bos2 di kantornya menilai Lexi adalah direktur departemen yang baik, yang bisa memangkas biaya, yang bisa membuat bawahan bekerja lebih giat. Dia ga suka dengan baju – baju elegan yang dia pake, dengan kalung, gelang dan cincin berbatu mulia berat namun bling – bling itu, dengan sepatu stiletto yang tinggi tapi bikin dia tersiksa. Dan dia mulai menyukai Jon, yang punya jiwa bebas sama seperti dia. Dia bisa jadi diri sendiri jika bersama Jon.

Konflik dimulai ketika perusahaannya akan mem-phk semua bawahan di departemennya dengan alasan pemangkasan biaya tetapi dia diberi kenaikan jabatan. Departemen Lexi khusus membuat karpet dengan model retro yang sekarang mulai digantikan dengan lantai kayu dan marmer yang elegan. Lexi merasa dilemma dan ternyata Jon sudah mengetahui masalah Lexi ini dari sebelum kecelakaan. Jon mulai memberikan petunjuk ke Lexi, bahwa dulu, walaupun galak dan dingin dengan bawahan, Lexi sebenarnya sudah membuat rencana untuk menyelamatkan departemennya. Jon membantu Lexi menemukan dokumen kerja sama dengan suatu perusahaan yang berminat membeli karpet retro itu dari perusahaan Lexi. Jon juga membantunya menemukan alasan kenapa dia berubah menjadi kobra yang tidak berperasaan dalam rentan waktu tiga tahun. Ternyata itu karena saat ayahnya meninggal, ayahnya meninggalkan utang yang begitu besar dan pacarnya ternyata berselingkuh. Dengan dendam membara dalam hatinya, dia berubah menjadi orang yang ambisius. Dia ikut acara reality show di TV berjudul Ambition dan walaupun ga menang, dia berhasil memikat hati para direktur di kantornya. Dan jadilah dia Direktur Departemen dengan julukan Kobra.

Walaupun terlambat datang ke meeting karena adik perempuannya buat masalah lagi.. Dia berusaha meyakinkan komisaris dan direktur perusahaannya agar tidak menutup Departemen Flooring karena dia punya perusahaan yang bersedia membeli secara rutin karpet retro tersebut. Petinggi perusahaannya ga percaya dan menganggap paling yang membeli itu perusahaan kecil yang ketinggalan mode. Lexi akhirnya membeli lisensi karpet tersebut dan membuat perusahaan sendiri. Perusahaan yang bersedia membeli karpet retro itu secar rutin adalah Porche.. Dia mengajak sahabat – sahabat dan staf Departemen Flooring untuk kerja di perusahaannya. Mereka akhirnya bersahabat lagi.

Dia juga akhirnya meninggalkan Eric karena dia ga bisa jadi diri sendiri jika sama2 Eric. Dia dan Jon juga berpisah karena Lexi sama sekali ga ingat masa lalunya, dan dia juga ga ingat Jon walaupun dalam hatinya, dia mulai mencintai Jon. Dia berharap kalau dulu dia memang mencintai Jon, dia pasti ingat sesuatu yang menjadi benang merah tentang hubungan mereka selama tiga tahun terakhir.

Beberapa bulan sebelum Natal, Lexi beli kado buat sahabat2nya. Dan disana dia bertemu dengan SPG yang bilang kalo Lexi pernah kesini setahun yang lalu. Dia beli kemeja hijau untuk Jon sebagai hadiah Natal. SPG itu bilang Lexi tampat sangat jatuh cinta dan berbunga – bunga waktu itu.. Dia langsung membeli kemeja itu lagi dan segera pulang naik taksi. Tiba – tiba dejavu terjadi.. Ada lagu Bad Day diputar di taksi yang dia tumpangi, dia teringat lagu itu, dan dia teringat pasir, dia teringat Jon dengan sweater abu2.. Dia langsung bergegas ke apartemen Jon. Dan untungnya Jon disana.. Dia berkata “Jon apa kau ingat lagu ini?” sambil mendendangkan lagu Bad Day. “Dan aku ingat pasir.. hawanya dingin tapi kita merasa hangat.. aku ingat kamu yang belum bercukur.. aku ingat sweater abu2..” Tanpa banyak bereaksi Jon bilang “Itu waktu kita di Witsable. Kita di pantai walaupun hawanya dingin dan aku menyalakan radio.” Melihat reaksi Jon yang biasa – biasa saja Lexi pergi. Namun Jon memanggilnya dan berkata, “Hanya itu?” lalu Lexi menjawab “Ya hanya itu.” “Maksudku kau kan bilang kalau kau membutuhkan benang merah yang bisa menyambungkan kita dengan “kita..” “Dan benang merah itu hanyalah sebuah lagu. Tipis seperti benang laba – laba, terlalu halus seperti sutra” “Kalau begitu jangan lepaskan Lexi.. Bertahanlah dengan benang itu..” Dan jadilah mereka nyambung lagi dehhh… Beautiful end..

Dan sekali lagi.. Bravo buat Sophie Kinsela.. Novel chicklitnya selalu bagus.. Gw suka banget. Yang paling mengena di novel ini adalah jadi diri kita apa adanya.. dan kekayaan, kekuasaan ga selalu membahagiakan.

Gw jadi berpikir.. Apa sebenarnya yang Aku mau dalam hidup. Sedikit demi sedikit gw mulai menemukan jalan hidup yang gw mau dan hidup macam apa yang akan nyaman buat gw. Gw ga berpikir soal uang banyak.. rumah mewah atau mobil. Suami kaya raya dan bertampang model.. Nope! Nggak sama sekali. Soal pekerjaan.. yang gw mau adalah pekerjaan yang berhubungan dengan buku.. tulis menulis.. Kalo ga punya toko buku, gw pengen jadi penulis. Walaupun sekarang pikiran lagi mandek. Dan walaupun redaktur majalah Gereja gw mulai bertanya2 kenapa gw belum nyetor tulisan lagi.. Hanya saja akhir2 ini gw sadar.. kalo semua yang gw lakukan itu bukan yang gw mau. Tapi apa yang gw pengen orang liat dan nilai soal gw, itu yang gw lakukan. Gw ga jadi diri sendiri..
Gw pengen punya toko buku dan toko buku gw itu nanti campur ama café. Gw juga menjual brownies dan kopi disitu. Semua orang boleh masuk. Ga perlu berdandan formal, ga perlu pake high heels, ga perlu grooming berlebihan. Pake sandal jepit dan celana pendek boleh masuk. Tukang becak juga boleh masuk.. Gw juga nanti sudah bisa menerbitkan novel fiksi dan nonfiksi.. Menulis tentang apa saja yang gw suka..Bisa bekerja dengan jiwa bebas, ga perlu terikat aturan yang berlebihan.. Gw bisa bebas mengekspresikan pikiran dan pake baju apa aja yang gw mau. Yang pasti gw ga mau memandang orang dari penampilan luarnya semata.. Dari senyum palsu yang menjilat.. Dari gila kekuasaan.. Gw benci itu..

Mungkin sekarang gw belum bisa meraih cita – cita gw.. dan mungkin dengan umur yang sudah bukan ABG lagi.. gw harus memikirkan lebih serius apa yang sebenarnya gw mau.. Dan gw berharap Tuhan mendengarkan niat gw ini.. Baiklah.. Saya akan mulai berjuang menjadi “Apa yang Aku Mau..” Doakan saya yaaaaa…

Selasa, Juli 07, 2009

Mandeg Menulis, DIary Terselubung

Pffiuhh.. entah kenapa akhir2 ini gw mandeg nulis. Mungkin karena ga ada ide, mungkin juga saking banyaknya hal yang campur aduk di otak jadi bingung mau nuanginnya gimana. Dan sekarang.. setelah melihat blog yang terbengkalai berbulan - bulan.. Jadi merasa terpanggil buat nulis lagi.

Padahal, nulis itu udah seperti "muntah" buat gw. "Muntah" dalam arti positif. Kalo ga dikeluarin bisa sakit perut, pusing - pusing dan jadi sumpek. Tapi kalo udah dikeluarin, legaaa rasanyaaa..

Banyak hal berubah dalam hidup gw beberapa bulan belakangan ini. Pertama, gw pindah kerja. Dari perusahaan media yang merupakan perusahaan impian gw ke hotel di kawasan Grogol. Gw pengen punya pengalaman lebih mumpung masih muda dan belum punya banyak keterikatan walaupun sebenarnya, sulittt bangeett meninggalkan zona nyaman yang sudah menaungi bertahun - tahun. Tapi keputusan sudah dibuat, walaupun gw bisa saja berbalik. Paling tidak, sampai detik ini gw masih bertahan dengan keputusan yang sudah dibuat. Tapi gw ga tau kedepannya gimana.. Semua hal bisa terjadi.

Sebenarnya gw agak terhenyak waktu bos baru gw bertanya saat gw interview dulu, "Apa sih rencana kamu 5 tahun mendatang?", dengan gaya sok yakin gw menjawab, "Jalanin aja apa adanya. Yang pasti tahun depan saya mau kuliah." "Meski kamu rencanakan dari sekarang. Mau kuliah apa, dimana, dan kamu mau jadi apa." "Saya tertarik sama dunia akuntansi, sastra, psikologi.. banyak hal deh, Pak" "Wah.. kamu meski tentukan salah satu. Intinya saya mendukung kalo kamu mau kuliah lagi karena itu berarti kamu orang yang mau berkembang." Dia baik sekali.. sebenarnya salah satu alasan gw terima tawaran kerja disitu adalah karena dia mendukung rencana kuliah gw selain ingin mencoba hal dan tantangan baru. Bukan berarti kantor lama gw ga ada tantangan.. Tapi gw berpikir, mungkin dengan lingkungan baru, akan lebih banget pengalaman yang akan gw raih.

Gw juga memutuskan untuk ngekost. Awalnya karena gw ga mau ngerecokin ortu lagi. Pengen punya semua2nya sendiri. Tapi ngekost waktu kuliah dan kerja itu beda yah.. Waktu gw ngekost pas kuliah dulu, kita satu kost kompak banget. Saling bahu - membahu, cekakan tiap hari bareng, masak bareng, nangis bareng, sengsara bareng.. Tapi di kostan sekarang, yang kebanyakan penghuninya orang kerja yang tempatnya beda - beda, mereka cenderung individualitas. Pas gw berangkat kerja, mereka dah pada berangkat duluan. Pas gw pulang, udah pada masuk kamar masing2. Kesepian juga.. huhu..

Tapi ya.. berusaha menikmati saja lah.. so far so good..

Terima kasih, Tuhan, udah memberikan Ana kesempatan baru yang banyaaakkk bangeeet.. :)

Jumat, Juli 03, 2009

lagi - lagi..



Lagi - lagi.. dia buatku begini lagi..
Lagi - lagi.. dia buatku mencari - cari sendiri..
Lagi - lagi.. dia buatku ingin pergi..

Lagi - lagi..

Lagi dan lagi..