Sabtu, November 26, 2011

Demam Sekolah

Dan aku teringat masa SMAku.. Dimana segala sesuatu terlihat sangat sederhana.. Dimana aku berani menghadapi semua.. Dimana aku tak dituntut untuk melakukan apapun dengan sempurna..

Saat hidup itu mudah sekali ditebak.. Saat cinta dengan mudah kudapatkan.. Persahabatan tulus bertebaran dan aku tidak pernah merasa tersesat.

Saat aku hidup tanpa beban dan menjadi diriku apa adanya. Aku gendut, berjemur matahari sampai hitam dan jerawatan.. Saat aku dapat berkata semua hal.. Saat aku mau mendengar semua hal..

Saat aku dapat teriak sekeras - kerasnya..
Saat aku tertawa sampai perutku sakit..
Saat aku menangis sampai mataku bengkak..

Aku tak peduli penilaian orang saat itu.. Dan aku selalu jadi yang aku mau..

Minggu, November 20, 2011

Indonesiaku

Beberapa waktu lalu Tuhan kasih gw rejeki untuk bisa berlibur ke Phuket, Thailand. Perasaan gw seneng banget, soalnya ini pengalaman baru ke luar negeri dan juga karena banyak orang bilang kalau bepergian itu adalah salah satu sarana edukasi diri, kita mempelajari hal baru dan harus belajar menyesuaikan diri.

Sampailah gw di Phuket. Impresi pertama adalah bandara Phuket itu bersih, teratur dan tenang. Turis dapat dengan mudah disuguhkan peta dan nomor ponsel local Thailand gratis. Dan selama 6 hari di Phuket gw habiskan, yang paling membuat gw kagum adalah kebersihan dan keteraturannya. Bahkan pedagang asonganpun disana teratur, tidak seenaknya menaikkan harga seperti di Bali.

Banyak perbedaan memang, terlihat bahwa warga Phuket lebih memperhatikan dan merawat sarana umum. Begitu juga orang asing dari Negara lain. Berbeda dengan Bandara Soekarno Hatta yang berlabel bandara internasional tetapi toiletnya kotor minta ampun, cukup sulit menemukan peta Jakarta.

Orang Indonesia cenderung lebih cuek merawat sarana umum atau lingkungan seperti hutan, binatang, sungai dan sebagainya. Hmm.. Kenapa ya.. Setelah gw pikir – pikir, Indonesia itu Negara yang berkelimpahan sumber daya alam. Masyarakat kita sudah terbiasa dengan segala kelimpahan itu. Hutan masih banyaaak, binatang beraneka ragaam.. Mungkin itu salah satu mengapa orang Indonesia kurang menghargai alam, karena kita menganggap itu adalah hal yang biasa dan Negara kita memiliki banyak sumber. Itu yang tertanam di otak kita turun temurun. Beda dengan bangsa Eropa atau Amerika yang memiliki lahan lebih sempit daripada kita, mereka terbiasa irit mungkin dengan sumberdaya karena minyak dan hasil bumi lain harus mereka impor.

Tapi gw yakin, kita bukanlah Negara yang seburuk itu. Sudah banyak komunitas – komunitas yang dimotori orang muda yang mulai memperhatikan lingkungan. Seperti pembersihan kali – kali atau “sadar” situs – situs bersejarah. Orang muda sudah mulai melek mata tentang lingkungan, mengingat banyak sumber daya alam kita yang dirampok bangsa luar. Indonesia bukanlah Negara yang ambisius. Kita Negara kekeluargaan. Toleransi kita sangat besar. Hal itulah penyebab mengapa budaya barat gampang mempengaruhi kita, bahkan mungkin dianggap lebih berkasta. Tapi dengan berjalannya waktu, gw melihat sedikit demi sedikit orang muda Indonesia sudah banyak yang sadar budaya. Misalnya dengan batik yang sekarang sudah mulai banyak dipakai orang. Dulu kita sering merasa malu jika pergi menggunakan batik, kesannya seperti PNS atau kondangan. Tapi sekarang batik sudah banyaak sekali variasinya, dan sekarang gw bangga pake batik. Kita pasti bisa menjadi Negara yang maju, tapi semua butuh proses. Mengubah kebiasaan yang sudah mendarah daging turun termurun tujuh turunan itu bukan perkara mudah. Ditambah kebiasaan masyarakat kita yang mengukur segala sesuatu dengan uang. Disitulah akar korupsi itu berasal. Pengusaha – pengusaha muda sudah banyak yang bermunculan, berani ambil resiko membuka usaha sesuai dengan passion-nya masing – masing.

Betapa kagetnya gw mendengar dari sinisme bertubi - tubi seorang teman yang tampaknya tidak cinta Indonesia sama sekali. Teman tersebut lama tinggal di luar negeri, dan dia selalu membanding – bandingkan Indonesia dengan tempat tinggal dia dulu. Yang hasilnya tentu saja, temen gw itu kecewa berat. Dan gw sedih kenapa ada orang Indonesia yang lahir dan punya orang tua asli Indonesia dan hanya beberapa tahun di luar negeri bisa luar biasa tidak suka dengan Indonesia. Gak kompeten, berantakan, bla.. bla.. bla.. Okay.. Okay.. Sebenarnya lw orang Indonesia bukan? Kalau orang Indonesia dan lw melihat kalau lw gak suka sama kulturnya, kenapa lw gak coba ubah dari diri lw sendiri? Kasih contoh sama yang lain. Bukan bersikap apatis dan jadi benci sama semuanya. Lw bukan orang yang punya semua pulau di Indonesia dan selama lw tinggal di Indonesia lw meski telen deh tuh kulturnya. Perbaiki diri lw dan kasih contoh yang baik. Dan kalau lw tetep gak suka dan gak bisa tinggal di Indonesia, ya.. Balik aja ke Negara tempat lw tinggal dulu. Nothing to loose!

Indonesia bukan cuma soal berantakan atau isu korupsinya. Indonesia punya berbagai macam budaya yang bisa kita lestarikan.

Indonesia itu indah, kalo kita semua mau jaga lingkungan kita. Mulai dari buang sampah di tempatnya, syukur – syukur kalo udah bisa misahin sampah organik dan non-organik.

Indonesia itu punya banyak budaya, kalo kita mau mencintai kesenian dan budaya kita. Gak usah muluk – muluk, mulai lebih banyak dengerin lagu Indonesia. Atau kalo nggak, karaoke nyanyiin lagu daerah.

Mulai dari hal yang kecil, lalu jadi kebiasaan, lalu jadilah budaya baru yang lebih positif. Cintai apa yang ada di depan matamu, nikmati setiap detik hidupmu, jadi selalu orang yang berguna di situasi apapun..

Amiiin..

Sabtu, November 19, 2011

Kamu Bilang

Kamu bilang aku tidak suka makanan pedas, tapi kamu salah, dari kecil aku sukaa sekali makanan pedas
Kamu bilang aku tidak bisa tampil, tapi kamu salah, dari kecil aku sering sekali tampil di panggung atau di depan umum
Kamu bahkan selalu salah menebak ukuran bajuku
Kamu juga salah menebak ukuran sepatuku

Aku bahkan ragu kamu ingat ulang tahunku


Kamu selalu larut dalam masalahmu
Masalah yang sebenarnya kau buat sendiri, kamu dan orang di dekatmu
Kamu cenderung selalu menyalahkan situasi di sekitarmu tanpa menyadari akar dari persoalan itu
Yang ujungnya berakar di kamu dan orang terdekatmu

Aku tak suka dia, tapi keadaan mengharuskanku menyukai dia
Dia dan semua orang di lingkunganmu
Apa kamu peduli? Aku tak yakin itu.

Kamu selalu bilang kamu peduli, kamu selalu bilang kamu peduli

Tapi aku tahu sebenarnya kamu tidak peduli
Kamu melakukan itu karena kamu tahu karakterku
Kamu tak bisa menyuapku dengan uang
Maka kamu menyuapku dengan perhatian palsu

Aku tahu dia palsu
Dia melakukan itu karena untuk kebaikan dia sendiri
Untuk mencapai tujuannya sendiri

Kamu sering mengajakku pergi, tapi kamu bahkan sering tak menyadari kalau aku lapar
Kamu sering memintamu menemaniku, tapi aku sering tak mengerti bahasamu, cara berpikirmu
Aku ada didepanmu tapi yang kamu lihat hanya ponsel di tanganmu
Hanya berbicara hal yang ingin kamu bicarakan saja
Hanya mendengar hal yang ingin kamu dengar saja

Aku ingin berbicara
Aku ingin tertawa sampai perutku sakit

Bukan pergi ke tempat mahal
Bukan terlihat mengkilat di depan orang
Bukan seperti di dalam sangkar emas
Dikelilingi olah banyak barang
Tapi orang di depanmu tidak kau hargai
Orang di depanmu kau anggap debu semata

Hanya dia yang kau dengar
Seakan - akan kamu berdua memiliki dunia

Tapi tidak, kamu berdua tidak memiliki dunia

Kalian hanya memiliki ego yang terlalu tinggi

Bukan iman yang kalian miliki, tapi arogansi dan percaya diri yang berlebihan
Yang mungkin menutupi ketidak berdayaan kalian

Iman tidak buta
Iman itu melihat

Bukan hanya bermimpi
Dan bekerja keras untuk dilihat

Apapun yang kamu bilang, aku tahu itu bukan untuk aku
Tapi untuk dirimu sendiri

Setelah sekian lama, kamu memberiku banyak materi
Memberiku pujian atau kata - kata manis berbunga - bunga

Akhirnya aku menyadari
Bahwa satu hal yang paling kau pedulikan di dunia ini adalah

d.i.r.i.m.u s.e.n.d.i.r.i