Jumat, Agustus 21, 2009

Kantor Baru

Perempuan itu melangkah lemas menuju kantor. Damn! Setiap hari selalu berangkat di jam yang sama.. dengan kendaraan yang sama, tapi kenapa sampainya beda – beda? Kemarin dia sampai jam 8 pagi, setengah jam sebelum morning briefing dimulai.. Dia masih bisa ikut doa pagi, beres – beres meja bosnya, beres – beres mejanya dan yang paling penting itu beres – beres dirinya sendiri. Pake make up, rapihin baju dan semprot – semprot parfum. Dia sampai jam setengah 9 kurang lima menit, absen, lari menaiki tangga dan langsung menuju pageon hall, lemari tempat departemen lain meletakkan bahan meeting untuk bosnya. Yak.. pageon hall paling kiri untuk bosnya, tengah untuk wakil bosnya dan paling kanan untuk dirinya sendiri. Untungnya.. OB kantor sangat pengertian, kalau dia terlambat, OB itu selalu dengan setia mengambilkan bahan rapat dan meletakkannya di meja Sang Bos.

Sekali lagi dia berlari tergopoh – gopoh ke mejanya. Menggunakan blazer, semprot parfum dan minum seteguk air. Masih menggunakan sandal dan make up berantakan ia segera merapikan meja bosnya. Koran kemarin dikeluarkan, ambil dokumen yang bisa diarsip dan menyusun bahan meeting pagi itu. Dalam keadaan panik dan awut – awutan, dia mendengar langkah kaki bosnya yang sudah cukup dia kenal. Dalam dan cepat.. “Gawaaaatttt…” Katanya dalam hati, “Ini akibat susah bangun pagi.” Tapi sekali lagi, dari berkali – kali kesempatan sebelumnya, bosnya selalu tersenyum.. Dia merasa lega melihat senyum bosnya, walaupun rasa tidak enak berkecambuk di dalam hati. “Maaf baru diberesin Pak, saya baru datang.” Dia menggangguk tanda tidak keberatan dan tersenyum sekali lagi.

Selesai beres – beres, perempuan itu dengan sembrono merogoh kosmetik di tasnya lalu nekad dandan di meja, berharap bosnya yang sedang mengecek email tidak sadar kalau sekretarisnya memakai bedak dan lipstick dengan kecepatan penuh.. Beruntung, sedetik setelah dia menyimpan kembali kosmetiknya ke dalam tas, bosnya keluar, tanda morning briefing akan segera dimulai. Dia memasuki ruang meeting dan sejurus kemudian, morning briefing dimulai.

Ketika ia sedang menyusun dokumen yang ditanda tangani bosnya pada sore hari itu, bosnya bertanya, “Gimana bedanya kerja di Tempo ama disini?” “Kalo di Tempo makin malem makin rame, Pak. Kalo disini back officenya jam 6 udah sepi.” Perempuan itu bertanya pada bosnya yang selalu tersenyum, “Bapak kan tinggal disini Pak, ga capek ngeliat tempat kerjaan terus?” “Mmmm.. You feel what you want to feel, you see what you want to see dan hear what you want to hear. Life is only once and you need to max it out..”

*Plaaakkk* Perempuan itu seperti tertampar. Bukan tertampar dalam arti negative, tapi dia seperti dibuat sadar. Selama ini dia tertidur dan merasa tidak nyaman dengan hidupnya. Dia seringkali melihat hidup dari sisi negative. MENIKMATI HIDUP.. Aktivitas itu sepertinya jarang ia lakukan akhir – akhir ini. Dia sering jalan – jalan, keluar kota atau sekedar ke pusat perbelanjaan dekat rumah. Dia tertawa.. Tapi perempuan itu belum menikmati hidupnya.

Perempuan itu harusnya bersyukur akan hidupnya, akan kesempatan yang dia dapatkan, akan karunia yang bertubi – tubi ia terima. Atas keluarganya, atas rumahnya, atas sahabat – sahabatnya, atas pekerjaannya, atas hobinya, atas atasan barunya.. Dan sekarang ia mau mencoba bersyukur. Merubahnya sedikit demi sedikit.. Mencoba meluruskan batang pohon hati yang sepertinya sudah tumbuh membelok..

Perempuan itu berterima kasih.. Terima kasih pada bos barunya yang baik hati..

Tidak ada komentar: