Kamis, Maret 22, 2012

My Journey

Alarm-ku berbunyi jam 05.30 pagi setiap hari kerja.. Ya, jam 05.30 pagi, tapi yang selalu kulakukan adalah bangun, cepat - cepat mematikan alarm lalu tidur lagi sampai jam 06.30 pagi. Yang kudengar selama masa transisi bangun pagiku adalah suara kakakku mondar - mandir bersiap berangkat kerja dan ibuku yang sudah sibuk di dapur sambil mendengarkan siaran radio rohani kesayangannya.

Jam 06.30 pagi aku bangun, entahlah.. Aku sudah berusaha keras untuk bangun lebih pagi dari itu, tetapi bantal dan kasur empuk selalu memenangkan perjuanganku. Kalau sudah kesiangan, niat memanggang roti yang sudah kubeli seminggu pupus sudah. Alhasil, energen jahepun kutenggak sebagai sarapan.

Selesai semua urusan beres - beres, manasin Spacy kesayanganku, siaplah aku berangkat ke kantor. Banyak hal yang kulihat selama perjalanan, selain macet yang tentu saja kutemui setiap hari. Macet memang, tetapi kalau motor selalu lancar. Bahkan seringkali jalanan lumayan lapang, ini mungkin karena rute kerjaku tidak menuju arah pusat kota. Jumlah motor meningkat pesat, kira - kira hampir 50 persen dari terakhir aku bawa motor. Mobil malah makin berkurang. Angkot banyak yang kosong, tidak pernah penuh - nuh - nuh seperti saat aku sekolah dulu. Jaman dulu cari angkot saat berangkat sekolah adalah perjuangaaaan.. Pasti penuh dan kebanyakan supir angkot lebih memilih mengangkut orang kantor daripada anak sekolah yang bayarnya murah. Sekarang, angkot seringkali jalan lambat merapat ke kanan, lengang dan terus mencari penumpang. Sebagian besar orang lebih memilih naik motor kurasa karena lebih praktis, gak kena macet dan dengan DP Rp 500.000 dan cicilan perbulan Rp 300.000ribuan, kita sudah bisa memiliki motor sendiri. Tapi lunasnya lamaaaaa sekaliiii.. Hehe..

Oia, sudah dua kali aku bertemu dengan ibu yang naik motor dengan membawa anaknya. Tanpa helm. Dan anaknya digendong didepan. Hmm.. Menurutku si, anaknya jangan digendong di depan, angin akan langsung mengenai anaknya yang masih bayi itu. Anak itu malah jadi semacam tameng angin buat ibunya. Lebih baik anaknya digendong di belakang. Lebih aman dan hangat, terlindung dari angin.

Mengingat polusi semakin meningkat aku selalu menggunakan masker, sangat membantu melindungi pernafasan dan sarung tangan, karena tangan dan kakiku menghitaaaam.. Padahal berangkat matahari belum terik dan pulang matahari sudah terbenam.

Banyaknya motor membuatku melihat jalanan semakin semrawut. Motor banyak yang zig - zag di kiri, kanan, tengah, sela - sela mobil, pokoknya di berbagai penjuru. Dan yang paling mengesalkan adalah ketika macet dan hanya menyisakan satu jalur kecil untuk satu jalur motor, banyak motor yang bandel membuat jalur lebih dari satu dengan memakan jalur arah berlawanan, alhasil, bukannya tambah cepet, tapi bikin macet makin panjang.. Sebeeelll..

Paling enak naik motor memang di daerah Sudirman, ada jalur khusus motor sendiri dan terlihat lebih teratur. Pengendara motor dan mobil tertib jadinya.

Ada lagi yang cukup menyebalkan, kebanyakan motor berhenti melebihi garis batas lampu merah. Mereka cenderung maju dan maju terus sampai titik batas penghabisan. Kalaupun tetap di belakang garis pasti belakang, kiri, kanan meng-klakson dengan gak sabar. Sepertinya menaati peraturan lalu lintas jadi hal yang aneh dan menyebalkan disini.

Titik - titik macet biasanya area menjelang tikungan seperti tikungan setelah Garudafood Tanah Kusir, lampu merah Pizza Hut Veteran Bintaro atau perempatan fly-over dekat STP Trisakti. Jarang aku lihat ada polisi yang mengatur, walaupun seringkali kehadiran polisi malah membuat jalanan tambah macet.

Apapun yang terjadi, kalem - kalem sajalah. Pelan - pelan mengendarai Spacy kesayanganku.. Dan aku bahagia bisa memiliki Spacy..

Tidak ada komentar: